Pages

Bali Google Search

Custom Search

Monday, November 19, 2007

Perbuatan Mimpi Tidak Bikin Dosa

Bermimpi dan DosaBelakangan ini saya sering mimpi menakutkan. Misalnya; mimpi selingkuh, mencederai orang, mencuri, merampok, menyakiti orang, dan lain-lain. Kendati dalam hidup sehari-hari saya tidak pernah melakukan yang tidak-tidak, hanya pikiran saya sering liar, lari ke sana-sini, kadang juga berpikir yang tidak-tidak. Pendeknya, saya jarang bisa berpikir positif.Apakah “perbuatan” saya dalam mimpi itu bisa mendatangkan dosa atau membuat saya berdosa? Saya teringat petuah orangtua, jangankan dalam kata-kata dan perbuatan, keburukan dalam pikiran pun katanya juga mengundang dosa. Sampai di sini, sudi kiranya Bapak memberi saya pencerahan!Nyoman Putra DarsanaJl. G Andakasa, PadangsambianDenpasar BaratJawab:Mimpi itu mempunyai hubungan dengan jiwa. Berhubung saya bukan ahli jiwa yang dapat menganalisis jiwa, maka yang saya rujuk adalah sastra-sastra yang ada dalam agama Hindu, yaitu Upanisad dan tatwa. Upanisad yang penulis rujuk adalah Brhadaranyaka Upanisad (Br. Up) dan tatwanya adalah Jnana Tattwa.Dalam pustaka Brhadaranyaka Upanisad Bab IV disinggung mengenai jiwa dan mimpi ( swapna ) yang terjemahannya sebagai berikut.Br. Up IV 3.9Sesungguhnya, hanya dua keadaan atman di dunia ini dan keadaan dalam dunia yang lain. Ada keadaan yang ketiga, yaitu dalam keadaan tidur (mimpi). Dengan berdiri dalam keadaan peralihan ini atman melihat kedua keadaan, hidup di dunia ini dan hidup di dunia yang lain. Sekarang setelah atman melihat ada kebaikan dan kejahatan (dunia ini) dan kebahagiaan (dunia yang lain). Ketika seseorang pergi tidur dia membawa materi atau bahan-bahan dari dunia ini yang mempengaruhi segalanya, dia sendiri merobek-robeknya, dia sendiri membangunnya. Dia tidur (bermimpi) dengan keadaan itu, orang itu menjadi menerangi dirinya sendiri.Br. Up IV 3.11Ketika seseorang bermimpi atman yang membuat tubuh tertidur, tetapi atman sendiri tetap terjaga, dan memperhatikan kesan-kesan perbuatan-perbuatan yang masih berada dalam pikiran orang tersebut. Dengan menghubungkan dirinya dengan kesadaran alat-alat indria, atman mengerahkan tubuh supaya terbangun.Br. Up IV 3.12Melindungi sarang bawahnya dengan napas vital, Yang Abadi bergerak keluar dari sarangnya. Yang Abadi itu bergerak ke mana dia suka, makhluk emas itu burung yang menyendiri.Br. Up IV 3.13Dalam keadaan mimpi, ke atas dan ke bawah, Tuhan membuat banyak bentuk bagi dirinya, sekarang seolah-olah menikmati dirinya dalam teman wanita atau tertawa atau melihat pemandangan yang menakutkan.Br. Up IV 3.14Seseorang tidaklah seharusnya membangunkan orang yang tertidur secara tiba-tiba, sebab akan sukar memulihkannya apabila dia tidak kembali (langsung ke tubuhnya). Lain daripada itu dikatakan bahwa (keadaan tidur) hanyalah keadaannya pada waktu terjaga, sebab objek apa saja yang dilihat ketika ia terjaga, itu jugalah yang dia lihat ketika ia tertidur.Br. Up IV 3.15Setelah merasakan kenikmatan dalam keadaan tidur yang dalam, setelah ke mana-mana dan menyaksikan baik dan buruk, dia kembali lagi sebagaimana dia datang ke tempat dari mana ia mulai bermimpi (tempat tidur). Apa pun yang ia lihat dalam keadaan itu, dia tidak diikuti (dipengaruhi) olehnya, sebab jiwa ini tidak terikat (oleh apa pun).Br. Up IV 3.18Sama seperti ikan besar bergerak antara dua tepi sungai, di sini dan di sana, demikian juga jiwa ini bergerak antara dua keadaan, keadaan mimpi (tidur) dan keadaan jaga.Br. Up IV 3.19Seperti elang atau burung lain yang bergerak cepat setelah terbang mengelilingi langit menjadi lelah, melipat sayap-sayapnya dan turun ke sarangnya, demikian jiwa ini bergerak cepat ke dalam keadaan di mana dia menginginkan tiada keinginan dan tidak melihat mimpi.Br. Up IV 3.21Ini, sesungguhnya, adalah bentuknya yang bebas dari keinginan, bebas dari kejahatan, bebas dari ketakutan. Seperti seorang lelaki ketika dalam pelukan istrinya tercinta tidak mengetahui apa pun di dalam dan di luar, demikian orang itu ketika dalam pelukan jiwa yang pintar tidak mengetahui apa pun di luar maupun di dalam. Itu, sesungguhnya, adalah bentuknya di dalam mana keinginannya dipenuhi.Br. Up IV 3.23Sesungguhnya, ketika di sana (dalam keadaan tidur pulas) dia melihat, dia sesungguhnya melihat, sekalipun ia tidak melihat karena di sana penghentian melihat bagi yang melihat, karena ketidakhancuran (dari yang melihat).Jadi, Upanisad menyatakan keadaan mimpi adalah dunia perbatasan dunia ini dan dunia sana, antara hidup dan mati. Seperti sebuah sungai yang membatasi dua wilayah, tempat seekor ikan dapat berenang dari satu tepi ke tepi yang lain.Dengan sloka-sloka tentang mimpi dalam Brhadaranyaka Upanisad Bab IV sebenarnya juga memberikan penjelasan tentang dunia kematian. Untuk menjelaskan sifat-sifat jiwa, Upanisad memberikan analogi yang unik dan bagus sekali. Saat keadaan mimpi jiwa itu seperti seekor ikan yang dengan bebas berenang dari satu tepi ke tepi yang lain. Jiwa dengan bebas pergi dari dunia tidur ke dunia mimpi, dari dunia mimpi ke dunia sadar. Jiwa digambarkan seperti burung elang, yang terbang tinggi ke angkasa. Di angkasa ia menjelajah langit. Setelah lelah di langit ia melipat sayapnya dan turun kembali ke sarangnya. Demikianlah jiwa meninggalkan tubuh dalam tidur, untuk pergi ke mana-mana, lalu kembali lagi ke tubuh, ketika tubuh masih tidur. Dan, ketika jiwa masuk kembali ke dalam tubuh, kita bisa terus tidur atau segera bangun.Antara dunia tidur dengan mimpi dan dunia kematian memiliki kesamaan yang jelas. Dalam tidur dengan mimpi tubuh istirahat sementara, dan bangun lagi ketika jiwa masuk kembali ke dalamnya. Dalam dunia kematian, tubuh kita istirahat untuk selamanya, tepatnya kembali kepada lima unsur alam. Sedangkan jiwa melanjutkan perjalanan sesuai karmanya: ke surga (para leluhur) dan dari mana kembali lahir ke dunia memasuki badan baru, ke Brahmana-loka (moksha) dari mana mereka tidak kembali.Dalam mimpi ‘kita' melakukan perbuatan-perbuatan, seperti mendengar, berbicara, berpikir, menyentuh, makan, memancing, bahkan berkelahi. Dalam dunia sadar atau jaga/tidak tidur semua perbuatan itu kita lakukan melalui organ fisik kita, seperti melihat dengan mata, bicara dengan mulut, mendengar dengan telinga, berpikir dengan otak, mengambil atau menyentuh dengan tangan. Dalam mimpi seluruh organ tubuh kita istirahat. Jadi, jiwa melakukan tindakan-tindakan tidak melalui organ tubuh, tetapi melalui kesadarannya sendiri. Orang-orang yang pernah mengalami dekat kematian mengatakan, di dunia itu mereka ‘berbicara' tidak melalui mulut tetapi melalui pikiran atau kesadaran.Tindakan-tindakan ‘kita' dalam mimpi sama sekali tidak mempengaruhi diri kita. Misalnya, ketika dalam mimpi ‘kita' makan nasi, ketika kita bangun kita tidak langsung kenyang (kalau mimpi itu ditafsirkan mungkin akan mempengaruhi pikiran atau perasaan kita). Menurut Upanisad, apa pun yang dilihat, didengar atau dilakukan oleh jiwa tidak mempengaruhinya (tidak mengikutinya) karena jiwa memang tidak terikat pada apa pun.Bahkan, dalam keadaan tidur pulas, ketika mata dan indria yang lain sedang istirahat, jiwa ada melihat, sekalipun ia tidak melihat dengan mata. Yang melihat tidak pernah kehilangan sifat (kemampuan) melihat, sama seperti api tidak dapat kehilangan sifat membakar selama dia adalah api. Jiwa melihat, dengan cahayanya sendiri, seperti matahari, sekalipun di sana tidak ada yang kedua, tidak ada objek lain selain jiwa itu sendiri yang dapat dilihat, yang melihat dapat dilihat.Hal yang sama dengan melihat juga terjadi dalam merasa, mendengar, berpikir, berbicara, menyentuh, mengetahui, dan lain-lainnya.Ketika seseorang dalam keadaan mimpi, jiwa membuat badan tertidur, tetapi jiwa sendiri tetap jaga dan memperhatikan impresi/kesan perbuatan, yang telah tertinggal dalam pikiran. Dengan mengasosiasikan dirinya dengan kesadaran organ-organ indria, jiwa menyebabkan tubuh jaga/bangun.Tidur adalah syarat yang mutlak bagi kesehatan badan dan mental. Dalam tidur yang nyenyak ada istirahat dari kerinduan, keengganan, ketakutan, dan kecemasan. Dalam keadaan itu seorang manusia menjadi dasar suci semua makhluk.Jiwa dikatakan sebagai angsa yang kesepian, dia bergerak sendiri dalam keadaan jaga dan keadaan mimpi, dalam dunia ini dan dunia yang akan datang. Angsa adalah simbol jiwa Alam Semesta. Jiwa, sang Diri Sejati Yang Abadi, pergi ke mana pun ia mau. Jiwa lahir dalam tubuh, pergi dari keadaan kesadaran besar ke dalam kesadaran yang jauh lebih kecil, dan sementara itu lupa terhadap kebenaran yang ia ketahui ketika ia ada di luar tubuh. Kematian, sebaliknya, adalah bangun atau jaga dan mengingat. Plato mengatakan, jiwa yang telah keluar dari badan pada saat kematian dapat berpikir jauh lebih jelas dan lebih jernih daripada sebelumnya dan ia dapat mengenali segala sesuatu dalam sifatnya yang sebenarnya dengan jauh lebih mudah.Di samping uraian dari pustaka Upanisad tadi, mengenai mimpi liar, antara lain mimpi selingkuhan, merampok, dan lain-lainnya adalah karena pengaruh triguna, yaitu satwa, rajah, tamah . Dalam kasus ini condong pada rajah dan tamah . Hal ini diuraikan dalam pustaka Jnana Tattwa sebagai berikut.Nihan laksanikang citta rajah, an rumaket irikang citta, cancala adres molah, asinghra, panasbaran, aglis bangga, irsya, salahhasa, sahasa , capala wawang tka sahasa, tunengasih tunengwlasasih, kumalwihakenawak guna, genghati, krodhanya gong, gong sungsut, ahangkara, lobha, dambha, krura, taratakut, kabhinawa sapolahnya, mangdadyaken resning tuminghal, sabdanya mangdadyaken karnna sula ring sang mangrengo, alangghya ruhur pambekamnya, mangdadyaken hewaning citta ning para, tanangga korurwa, tanannga sor ring abhipraya, yeka wyaktinikang citta rajah, an rumaket irikang citta.Artinya:Inilah tanda-tanda citta rajah , bila melekati alam pikiran orang. Goncang, bergerak cepat, tergesa-gesa, panas hati, cepat congkak, iri hati, cepat tersinggung, keras usil, cepat timbul kekerasannya. Kurang menaruh kasih sayang, mengagung-agungkan diri pandai. Angkuh, amat pemarah, sedih, egois, loba, tamak, bengis tidak mengenal takut, seram segala gerak-geriknya, menyebabkan hati orang takut memandanginya. Kata-katanya menyebabkan sakit telinga orang yang mendengarkannya. Sifatnya menentang, mengatasi, menyebabkan hati orang jengkel. Tidak mau rendah cita-citanya. Demikianlah hakikat citta rajah bila melekat pada citta (alam pikiran) orang.Nihan maksana ning citta tamah, an rumaket irikang citta, abeyet, almeh, guhya, simpaneh, kalusa, amangana, tananghel, atis, arip bot turu, geng mudha, gong raga, gong elik, gong hyun, gong wisaya, dreda ta ya suklasonita, mapulang maturu lawan anak rabinya, mangkana wyakti nikang citta tamah, an rumaket irikang citta.Artinya:Inilah tanda-tanda citta tamah , bila melekati alam pikiran. Berat, enggan, rahasia, malas, kotor, tak puas-puasnya makan. Dingin, mengantuk, kuat tidur, amat dungu, besar birahinya. Amat iri hati, berkeinginan keras, amat bernafsu, doyan dengan sanggama. Campur tidur dengan anak dan istrinya. Demikianlah hakikat citta tamah dan demikian tanda-tandanya, bila melekat dalam pikiran.Apa yang saya sampaikan adalah ucapan sastra. Tetapi, dalam dunia sakala sehari-hari ada yang mengatakan bahwa kalau mimpi bertemu mayat digotong, berarti akan mendapat rezeki. Kebalikannya, jika bermimpi ikut dalam pesta atau acara perkawinan maka yang bermimpi itu akan mendapat celaka. Jadi, kalau mimpi melihat yang duka mendapat rezeki, sedangkan mimpi yang enak-enak malah mendapat celaka. Percaya atau tidak, terserah!

1 comment: